BANGKA – Rencana alih fungsi lahan perkebunan sawit menjadi tambang timah di kawasan PT Gunung Maras Lestari (GML) memicu protes warga. Puluhan warga dari tiga desa—Bukit Layang, Dalil, dan Kayu Besi—mendatangi lokasi dan mempertanyakan keabsahan proyek yang tiba-tiba muncul tanpa sosialisasi.
Penggarapan lahan yang sudah dimulai dengan dua alat berat terlihat telah merusak sejumlah pohon sawit. Di lokasi, terlihat lubang-lubang besar yang diduga disiapkan untuk penambangan.
Suryadi, seorang tokoh pemuda Desa Kayu Besi, mengungkapkan keheranannya. "Sejak kapan kebun sawit ini bisa berubah fungsi jadi tambang timah? Selama ini yang kami tahu, ya kebun sawit milik PT GML," ujarnya.
Ia juga menyoroti masalah lama yang belum tuntas, yaitu kewajiban plasma 20 persen PT GML untuk masyarakat. "Masalah plasma saja belum selesai, kok sekarang malah ada tambang," kritiknya.
Keterlibatan Oknum TNI
Saat warga mendatangi lokasi, mereka ditemui oleh dua pria berpostur tegap yang mengaku sebagai anggota TNI. Salah satunya, bernama Rio, mengklaim lahan itu akan dijadikan tambang timah oleh mitra PT Timah Tbk.
Rio, yang mengaku berasal dari salah satu kompi TNI di Bangka, menyatakan tugasnya adalah mengamankan lokasi. Ia menyebut PT Timah sudah berkoordinasi dengan Kodam Sriwijaya terkait pengamanan ini.
Warga mendesak untuk bertemu dengan perwakilan perusahaan, tetapi Rio menolak dengan alasan perwakilan mitra PT Timah sedang tidak berada di tempat. Pria lain bernama Iwan menambahkan bahwa aktivitas yang sedang berlangsung baru sebatas penggarapan lahan, belum ada penambangan.
Protes Kurangnya Sosialisasi
Warga juga mempertanyakan ketiadaan sosialisasi dari pihak perusahaan kepada masyarakat. "Kenapa tidak ada pemberitahuan sama sekali ke masyarakat? Ini lahan ada di wilayah desa kami," tegas Suryadi.
Pertemuan antara warga dan perwakilan perusahaan pun urung terjadi, meninggalkan pertanyaan besar terkait legalitas proyek ini serta peran oknum TNI yang terlibat dalam pengamanannya.
Tags
Berita