Ketegangan di Pesisir Tempilang Memuncak: Nelayan Hadang Speedboat Mencurigakan 524 Kg Timah Di Sita, Wastam Pilih Bungkam

Tempilang, Bangka Belitung – Senin, 13 Oktober 2025. Suasana pagi yang biasanya damai di Dermaga Kuarsa Ketapang, Dusun Sika, mendadak terusik. Sekitar pukul 09.00 WIB, sebuah speedboat mendarat tergesa-gesa, disusul oleh mobil yang dikenal warga sebagai "mobil Sonia". Kedatangan mereka sontak membuat para nelayan yang sedang memperbaiki jaring saling bertukar pandang, firasat buruk menyelimuti benak mereka.
 
Menurut sumber terpercaya, empat kelompok nelayan dari empat desa berbeda – Air Lintang, Benteng Kota, Sinar Surya, dan Tanjung Niur – telah beberapa hari terakhir melakukan penjagaan intensif. Kecurigaan mereka bermula dari aktivitas mencurigakan kapal-kapal tanpa bendera yang hilir mudik dengan muatan berat.
 
"Speedboat itu datang bukan untuk mencari ikan. Laut kami sudah terlalu sering dijadikan tempat persembunyian," tegas Baidi, Ketua Nelayan Tempilang, dengan suara pelan namun penuh keyakinan.
 
Baidi, bukan sosok asing bagi masyarakat Tempilang, dikenal sebagai garda terdepan dalam menentang pembiaran tambang ilegal. Dalam laporan Penababel.com (2025) berjudul "Miris, Baidi Merasa Wastam Lakukan Pembiaran dan Adanya Permainan Hingga Hasil Timah Bisa Bebas Keluar," ia mengungkapkan bahwa praktik tambang di Tempilang bukan sekadar aktivitas ilegal, melainkan sebuah sistem yang terstruktur untuk melindungi kejahatan.
 
"Kami sebagai nelayan saja bisa mengenali kapal yang mencurigakan, bagaimana mungkin instansi resmi tidak tahu menahu?" ujarnya dengan nada getir.
 
Sejak kecil, Baidi telah menggantungkan hidupnya pada laut. Sang ayah, seorang nelayan sejati, mewariskan kepadanya pemahaman mendalam tentang laut dan pahitnya ketidakadilan. Baginya, laut adalah ibu yang mengajarkan kesabaran, namun juga menjadi saksi bisu perlakuan tidak adil terhadap para "anak ibu".
 
Di sisi lain, Baharudin, seorang nelayan dari Desa Sinar Surya, dikenal sebagai sosok yang gigih menggagalkan penyelundupan timah di wilayah Semubung. Aksi heroiknya tercatat dalam laporan Trasberita.com (2025) berjudul "Nelayan Mutiara Semubung Berhasil Menggagalkan Jalur Gelap Timah Laut Tempilang".
 
"Dulu, kami hanya bermodalkan senter dan perahu kecil. Sementara lawan kami memiliki mesin besar dan dukungan dari orang-orang kuat. Tapi kami punya laut, dan laut selalu berbicara jujur," ungkap Baharudin dengan lirih.
 
Baharudin adalah simbol perlawanan dalam diam. Dalam setiap pertemuan nelayan, ia selalu menekankan bahwa mereka bukanlah musuh tambang, melainkan korban dari ketidakadilan yang ditimbulkannya.
 
"Kami hanya ingin keadilan di laut ini, bukan hanya untuk pemilik izin, tapi juga untuk kami yang menggantungkan hidup dari jaring dan keringat," tegasnya.
 
Hingga berita ini diturunkan, Wastam belum memberikan keterangan resmi terkait laporan masyarakat mengenai penyitaan 524 kilogram timah tersebut. Beberapa awak media telah mencoba menghubungi yang bersangkutan, namun belum mendapat respons.(tim) 

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak

close
Selamat Datang di Media Nasional KrimsusTv Media Nasional website www.krimsustv.online